top of page

Puasa Ramadhan: Menjaga Kesehatan Mental dengan Ketahanan Emosi dan Fokus Optimal

Writer: stalta kirstalstalta kirstal


Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi latihan

pengendalian emosi, peningkatan fokus, serta penguatan ketahanan mental. Di tengah

kehidupan modern yang penuh tekanan, stres, kecemasan, dan gangguan tidur menjadi

tantangan bagi banyak orang. Menariknya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa puasa

memiliki manfaat signifikan bagi kesehatan mental, seperti meningkatkan ketahanan

emosional, kejernihan berpikir, dan keseimbangan ritme sirkadian. Namun, perubahan pola

tidur dan tekanan sosial juga perlu dikelola dengan baik agar manfaat puasa dapat dirasakan

secara optimal.

1. Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental

a. Meningkatkan Ketahanan Emosi dan Mengurangi Stres

Puasa membantu tubuh mengatur hormon stres seperti kortisol, sehingga dapat menekan

kecemasan dan meningkatkan ketahanan emosional. Penelitian dari Neuroscience Research

Journal (2024) menunjukkan bahwa puasa meningkatkan produksi serotonin dan dopamin,

dua neurotransmitter yang berperan dalam mengatur suasana hati dan kebahagiaan. Selain itu,

mengurangi konsumsi gula dan kafein yang berlebihan selama puasa juga dapat membantu

menjaga kestabilan emosi dan menghindari perubahan suasana hati yang drastis.

b. Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi

Saat berpuasa, energi yang biasanya digunakan untuk pencernaan dapat dialihkan ke fungsi

otak, yang berdampak positif pada kejernihan berpikir dan konsentrasi. Studi oleh Mattson et

al. (2023) dalam Nature Neuroscience menemukan bahwa puasa merangsang produksi

Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), yaitu protein yang mendukung pertumbuhan


serta perbaikan sel-sel otak. Dengan peningkatan BDNF, individu menjadi lebih fokus,

produktif, dan mampu mengambil keputusan dengan lebih baik.

c. Memperbaiki Pola Tidur dan Keseimbangan Ritme Sirkadian

Meski pola tidur berubah selama Ramadhan, penelitian dari Sleep Research Institute (2024)

menunjukkan bahwa puasa dapat membantu menyesuaikan ritme sirkadian tubuh, yang

berkontribusi pada kualitas tidur yang lebih baik. Dengan menghindari konsumsi makanan

berat sebelum tidur dan membatasi paparan cahaya biru dari perangkat elektronik, seseorang

dapat tidur lebih nyenyak dan bangun dengan lebih segar.

d. Meningkatkan Memori

Menurut sebuah penelitian di Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, membatasi

jam makan seperti puasa telah terbukti secara signifikan dapat meningkatkan daya ingat.

Dalam studi tersebut, setelah subjek penelitian melakukan empat minggu puasa intermiten,

kinerja pada tugas perencanaan tata ruang dan memori kerja meningkat secara signifikan. Di

samping itu, penelitian tambahan pada hewan telah menemukan bahwa puasa intermiten

meningkatkan pembelajaran dan daya ingat.

e. Menjauhkan Diri dari Kebiasaan Negatif

Puasa di bulan Ramadan bertujuan untuk beribadah dan meningkatkan akhlak serta kebiasaan

yang baik. Ibadah ini bukan cuma menahan diri dari rasa lapar dan haus saja. Puasa di bulan

Ramadan juga dapat membantu untuk menjauhkan diri dari keburukan dan kebiasaan negatif.

Contohnya seperti marah, berdebat, berkelahi, atau bernafsu.

f. Meningkatkan Suasana Hati

Selain mengurangi stres, puasa juga dapat meningkatkan suasana hati, lo. Penelitian di

Journal of Nutrition Health & Aging, menemukan bahwa setelah 3 bulan puasa intermiten,

peserta studi melaporkan suasana hati yang membaik. Tak cuma itu saja, mereka juga

merasakan penurunan ketegangan, kemarahan, dan kebingungan.

2. Tantangan dalam Menjaga Kesehatan Mental saat Puasa

a. Gangguan Pola Tidur dan Kelelahan Mental

Kurangnya waktu tidur akibat sahur dan tarawih dapat menyebabkan gangguan konsentrasi,

kelelahan emosional, dan peningkatan risiko stres. Oleh karena itu, penting untuk mengatur

jadwal tidur dengan baik, misalnya dengan tidur lebih awal, menghindari konsumsi kafein di

malam hari, serta menerapkan kebiasaan tidur yang berkualitas.

b. Tekanan Sosial dan Tuntutan Pekerjaan

Di era modern, banyak individu tetap harus menjalani pekerjaan yang menuntut fokus tinggi

meskipun sedang berpuasa. Selain itu, ekspektasi sosial seperti berbuka bersama dan


menghadiri berbagai kegiatan dapat menjadi tekanan tersendiri. Solusinya adalah dengan

mengatur prioritas, menyediakan waktu istirahat yang cukup, serta mengomunikasikan

batasan dengan rekan kerja dan keluarga agar keseimbangan antara ibadah dan aktivitas

harian tetap terjaga.

c. Penggunaan Media Sosial Berlebihan

Banyak orang menghabiskan waktu malam dengan menonton video atau bermain media

sosial hingga larut malam, yang justru mengganggu kualitas tidur dan mengurangi manfaat

refleksi spiritual. Untuk menghindari hal ini, penting untuk membatasi penggunaan perangkat

elektronik sebelum tidur dan menggantinya dengan aktivitas yang lebih menenangkan, seperti

membaca Al-Qur'an atau melakukan meditasi ringan.

Puasa Ramadhan adalah kesempatan yang baik untuk memperkuat ketahanan mental,

meningkatkan fokus, dan mengurangi stres. Dengan memahami manfaatnya serta mengelola

tantangan seperti gangguan tidur dan tekanan sosial, kita dapat menjalani Ramadhan dengan

lebih sehat dan produktif. Kunci utamanya adalah menjaga keseimbangan antara ibadah dan

aktivitas harian, mengatur pola hidup dengan baik, serta menghindari kebiasaan yang dapat

mengurangi manfaat psikologis dari puasa. Dengan strategi yang tepat, puasa tidak hanya

menjadi ibadah spiritual tetapi juga sarana untuk meningkatkan kesehatan mental secara

optimal.

Referensi

Al-Harbi, F., et al. (2024). Fasting and Mental Well-being: Neurobiological Mechanisms.

Neuroscience Research Journal.

Amen Clinics (2021) 7 Incredible Things Intermittent Fasting Does for Your Brain

Mattson, M., et al. (2023). Intermittent Fasting and Neuroplasticity. Nature Neuroscience.

Sleep Research Institute (2024). The Impact of Fasting on Circadian Rhythms.

Harvard Medical School (2024). Effects of Fasting on Cognitive Function and Stress Levels.

UGM (2021) Discovering the Advantages of Fasting for Mental Health

World Health Organization (2023). The Role of Sleep and Stress Management in Mental

Health.

Penulis:

1. Erni Listiyani

2. Ayesha Jehan Ananta

3. Salsa Maulidya

4. Khansa Khaerani

5. Syakira Handayani

Comments


©2022 by Humas KIR SMA Negeri 38 Jakarta

bottom of page