top of page

Perspektif Remaja Terhadap Film Trending : Pengepungan Di Bukit Duri



Sudahkah kalian menonton film Pengepungan Di Bukit Duri? Film Pengepungan di Bukit Duri merupakan film kesebelas Joko Anwar dalam karirnya. Film berdurasi 1 jam 58 menit ini mengangkat persoalan krisis sosial di Indonesia. Mengambil latar cerita pada tahun 2027 dengan suasana masyarakat Indonesia berada di tengah kondisi yang bergejolak.


Seorang pria bernama Edwin ditugaskan mengajar di SMA Duri. Awalnya Edwin hanya ingin mengajar dan mencari anak kakaknya yang hilang. Ia sudah datang ke seluruh sekolah di Jakarta Timur, namun tidak membuahkan hasil. Tersisa satu sekolah yakni SMA Duri yang belum didatanginya. Ia pun mengajukan diri sebagai pengajar sekaligus menelusuri keberadaan keponakannya.


SMA Duri dikenal sebagai sekolah untuk anak buangan dan sangat berbahaya. Aksi kekerasan dan bullying di sekolah itu seperti makanan sehari-hari. Setiap hari ada saja keributan dan perkelahian yang terjadi. Seluruh guru takut dengan siswa di sana. Situasi semakin rumit ketika Edwin berhasil menemukan keponakannya. Mereka terjebak di sekolah ketika seluruh kota sedang mengalami kerusuhan sosial. Edwin tengah berada di ambang kehancuran. Ia menghadapi perjuangan untuk bertahan hidup ketika sekolah tempatnya mengajar tiba-tiba berubah menjadi pertarungan antara hidup dan mati.


“Pengepungan Bukit Duri,” bukan hanya menceritakan tentang orang dewasa, kejadian ini juga menarik perhatian di kalangan remaja. Artikel ini akan mengupas perspektif remaja terhadap film trending ini. Film ini bukan sekadar tontonan biasa. Film ini mengangkat isu penggusuran, keadilan sosial, dan perjuangan masyarakat marginal. Daya tarik dari film ini mampu menarik banyak remaja untuk menontonnya di antaranya adalah :

1. Viralitas dan Hype di Media Sosial

Film ini viral di banyaknya media sosial banyak yang mulai mengulas tentang jalan cerita film ini dan itu salah satu pemicu utama untuk menonton.

2. Narasi Konflik yang Intens dan Dramatis

Film ini menyajikan konflik yang kuat, pertarungan emosional, atau adegan aksi yang mendebarkan bisa sangat menarik. Para remaja mencari film hiburan yang bisa memicu adrenalin dan emosi, dan film "Pengepungan Bukit Duri" yang memiliki tema tentang penggusuran pasti menyajikan cerita yang di inginkan para remaja.

3. Representasi Perjuangan dan Ketidakadilan

Remaja memiliki idealisme dan kepekaan terhadap isu-isu ketidakadilan. Film ini menggambarkan tentang perjuangan masyarakat kecil melawan kekuatan yang lebih besar, seperti yang mungkin tersirat dalam tema ini.

4. Gaya Penceritaan yang Dinamis dan Visual yang Menarik

Film dengan sinematografi yang bagus, lalu editing yang dinamis, dan alur cerita yang tidak membosankan akan lebih menarik perhatian. Film "Pengepungan Bukit Duri" menyajikan visual yang kuat dan penceritaan yang efektif, itu bisa menjadi daya tarik signifikan sehingga para remaja tertarik untuk menontonnya.

5. Diskusi dan Analisis di Kalangan Teman Sebaya

Menonton film yang sedang trending dapat memberikan bahan para remaja untuk berdiskusi dengan teman-teman. Mereka bisa bertukar pendapat tentang alur cerita, karakter, pesan yang disampaikan, atau bahkan mengkritiknya bersama. Ini adalah bagian dari interaksi sosial dan pembentukan identitas di kalangan remaja.


Pengepungan di Bukit Duri menjadi gambaran suram Indonesia jika pendidikan terus diabaikan dan permasalahan sosial dibiarkan. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar berubah menjadi pusat perencanaan kekacauan. Kenakalan remaja tak terkendali, rasisme meningkat, dan hukum kehilangan wibawa.


Film ini menyampaikan kepada kita semua lebih tepatnya generasi muda dalam menyikapi berbagai tantangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Kita tidak tahu apakah kerusuhan, konflik, kenakalan remaja pada tahun yang akan datang semakin merajalela di Indonesia atau tidak. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa makna yang dapat kita ambil dari film Pengepungan di Bukit Duri, serta berbagai perspektif yang muncul setelah menonton film ini.


Berikut berbagai macam perspektif kami yang timbul setelah menonton film Pengepungan di Bukit Duri :

1. Kekerasan & Rasisme

Film ini menggambarkan bagaimana kekerasan dan rasisme yang sangat lumrah untuk dilakukan meskipun berada di lingkungan sekolah. Kita berada di zaman yang memiliki banyak sekali perbedaan dimulai dari perbedaan suku, ras, bahkan agama ditambah kita sekarang sudah berada di zaman yang maju, seharusnya para remaja menyadari bahwa kekerasan & rasisme merupakan hal yang sangat berbahaya untuk dilakukan.

2. Identitas & Kebencian

Pengepungan di Bukit Duri sangat dibumbui oleh rasa kebencian yang mendalam serta perbedaan identitas etnis yang dapat menjadi pemicu kebencian serta kekerasan. Pada film ini menggambarkan adanya aksi kerusuhan antara rakyat pribumi dan rakyat keturunan tionghoa yang dimana pada saat itu rakyat keturunan Tionghoa lebih menguasai perdagangan di Indonesia, alhasil rakyat pribumi tidak segan segan untuk menghancurkan rakyat Indonesia keturunan Tionghoa.

3. Pendidikan sebagai Prioritas

Film ini kerap menggambarkan dan menekankan pentingnya pendidikan sebagai fondasi bagi masa depan bangsa. Remaja dapat memahami bagaimana pengabaian pendidikan dapat membawa dampak buruk bagi dirinya sendiri dan juga masyarakat. Kurangnya pendidikan karakter yang kerap diajarkan di sekolah sangat berdampak bagi diri kita di masa yang akan datang.


Pengepungan Di Bukit Duri menyelipkan pesan sosial yang mendalam mengenai dampak sejarah kekerasan yang tidak pernah selesai. Film ini menunjukkan bagaimana ketidakadilan sosial terutama kepada kelompok yang minoritas yang hanya disalurkan oleh prasangka dan kebencian yang sangat susah untuk dilupakan.


Film ini kerap mengingatkan generasi muda bahwa ketidakadilan yang terabaikan dapat menghancurkan tatanan sosial yang lebih besar. Yang paling penting, perubahan hanya bisa terjadi jika kita menghadapi kenyataan dan mau menyelesaikan luka lama. Tanpa hal itu kita hanya bisa terjebak pada lingkaran kekerasan dan ketimpangan sosial yang ada di masyarakat Indonesia.


Di tengah kondisi saat ini, film ini menjadi peringatan akan apa yang bisa terjadi jika sistem yang ada terus mengabaikan ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Pengepungan di Bukit Duri menggambarkan betapa kekerasan bisa tumbuh subur ketika negara dan sistem pendidikan gagal menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, para remaja seharusnya tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga terdorong untuk mengambil tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Film ini dapat menjadi pemantik kesadaran untuk mulai terlibat dalam kegiatan sosial, aktif menyuarakan isu-isu penting di media sosial, serta membangun budaya dialog dan empati di lingkungan sekolah. Remaja juga bisa memperluas wawasan dengan membaca literatur tentang sejarah, multikulturalisme, dan isu sosial lainnya. Dengan langkah-langkah kecil seperti ini, generasi muda dapat berkontribusi nyata dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, toleran, dan beradab.


Sumber :




Penulis :

1. Adinda Kheysa Putri Lubis

2. Adivia Larasati Putri Ramadhini

3. Aura Claresta

4. Denisa Nurafifah

5. Fani Naylatul Ifza

 
 
 

Comments


©2022 by Humas KIR SMA Negeri 38 Jakarta

bottom of page