Indonesia menduduki peringkat ke satu se-Asia Tenggara sebagai negara paling berpolusi dan berada pada posisi ke-26 di seluruh dunia. Menurut data sekitar tahun 2022, Indonesia memiliki tingkat konsentrasi PM 2.5 harian yang mencapai 30.4 µgram/m3 dan 36.2 µgram/m3 untuk Jakarta. Masih enam hingga delapan kali lebih tinggi dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Ketika berbicara mengenai polusi atau pencemaran lingkungan, khususnya polusi udara. Pasti sudah tidak asing lagi kita dengar kaitannya dengan mobil listrik atau Electric Vehicle (EV). Sebenarnya apa itu mobil listrik?
Apa yang membedakan mobil listrik dan konvensional?
Pada mobil listrik, energi disimpan dalam bentuk kimia dan dilepaskan melalui elektrokimia tanpa pembakaran di dalam mesin. Berkat baterai lithium-ion, ini berarti tidak ada bahan bakar/bensin yang dibakar, sehingga tidak ada polusi udara yang keluar melalui knalpot. Selain itu juga, tingkat kerusakan ban mobil listrik yang lebih tinggi dari mobil konvensional sudah mulai teratasi, sehingga menjadikan mobil listrik layak dipertimbangkan.
Apakah benar kendaraan/mobil listrik lebih hijau?
Dari aspek pembuatannya, mobil listrik menghasilkan lebih banyak emisi karbon daripada mobil konvensional terutama pada pembuatan baterai. Baterai yang umumnya digunakan ini terbuat dari unsur Rare Earth Elements (REE), seperti Lithium, Nikel, Kobalt/grafit yang hanya ada di bawah permukaan bumi dan bergantung pada proses pertambangan. Tentu saja ada kelebihan dan juga kekurangan pada semua hal, termasuk pada EV. Ketika permintaan pasar mobil listrik semakin meningkat, maka berdampak juga pada proses ekstraksi unsur-unsur tersebut dan berdampak pula pada lingkungan. Terlepas dari REE, energi yang dibutuhkan pada pembuatan baterai sendiri juga bertanggung jawab hampir setengah dari dampak negatif terhadap lingkungan, karena sebagian besar energi ini tidak berasal dari sumber karbon yang rendah. Perlu diketahui juga, teknologi pembangkit listrik sudah mengalami kemajuan dan menghasilkan banyak sumber energi terbarukan yang pastinya akan membantu mengurangi jejak ekologis dalam pembuatan baterai ini. Namun, tentu saja perkembangan teknologi ini masih tergolong belum merata, terutama di Indonesia yang sumber listrik terbesarnya berasal dari PLTU batubara, maka akan menimbulkan permasalahan baru, yaitu pencemaran udara. Maka dari itu, diharapkan implementasi di Indonesia pun semakin meluas dalam hal pengembangan energi terbarukan. Meskipun dapat terlihat penyelesaian dalam permasalahan baterai ini, sebenarnya masih ada masalah yang timbul akibat penggunaan baterai ini. Berdasarkan data BBC, jutaan baterai EV akan habis masa pakainya dalam satu dekade ke depan. Pengolahan baterai pada masa inilah yang dapat menimbulkan masalah baru. Diperlukan pengelolaan yang sesuai dan melibatkan kontribusi tidak hanya pemerintah saja, tetapi dengan pihak lainnya pula. Masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang bisnis dari daur ulang baterai EV, data menunjukkan bahwa potensi global daur ulang baterai EV mencapai USD 138 juta di 2017 dan akan meningkat lebih dari 40% pada tahun 2025. Selain daur ulang, sebenarnya ada alternatif agar ekosistem EV benar-benar ramah lingkungan, karena ada prediksi sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan sudah tidak memakai REE lagi pada baterai EV terbaru yang disebut sebagai baterai organik. Meskipun begitu, masih membutuhkan proses uji yang cukup memakan waktu hingga sampai waktunya baterai tersebut dapat dipakai. Menurut kalian kapan Indonesia dapat siap untuk ikut serta dalam implementasi penggunaan kendaraan listrik dengan minimum emisi?
Bagaimana? Kendaraan Listrik atau Kendaraan Konvensional?
Banyak di antara kita yang mungkin belum memutuskan beralih pada kendaraan listrik karena alasan lain. Namun, tentu saja siapa yang tidak mau memiliki kendaraan listrik baik berupa mobil/motor listrik? Kembali ke tujuan awal kita ingin beralih ke kendaraan listrik, semua bermula salah satunya sebab faktor lingkungan. Maka dari itu, kita dapat berpartisipasi dalam implementasi hal-hal yang lebih minim emisi, seperti dengan lebih sering mendukung pemanfaatan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi, terlepas dari kendaraan umum menggunakan energi listrik maupun konvensional, penggunaan kendaraan umum secara masif tetap menjadi salah satu solusi pengurangan emisi karbon yang ada di sekitar kita!
Sources:
Alam Semenit. (2022) Mobil Elektrik Lebih Baik?. https://www.youtube.com/watch?v=6U7Cg mJMVkM (15 Juni 2023)
Context ID. (2022) Baterai Mobil Listrik: Eco-Friendly Berujung Sampah?. https://www.you tube.com/watch?v=bEISOHiHggs (15 Juni 2023)
Envihsa FKM UI. (2022) Mobil Listrik: Persoalan atau Pemecahan Masalah?. https://envihsa. fkm.ui.ac.id/2022/11/25/mobil-listrik-persoalan-atau-pemecahan-masalah/ (15 Juni 2023) Greenpeace Indonesia. (2023)
Indonesia Ranking Satu Negara Paling Berpolusi se-Asia Tenggara, Greenpeace.org. https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/56238/ indonesia-ranking-satu-negara-paling-berpolusi-se-asia-tenggara/ (15 Juni 2023)
Written by:
Clarinta Kyara Feisql
Diah Ayu Ramadhani
Ekaputra Win Yudha Ahsanto
Tsabita Aulia Putri
Edited by: STALTA Team
Comments