Definisi Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53), masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Pentingnya Mengatur Emosi pada Remaja
Banyak ahli telah melakukan riset dari berbagai negara dengan ras, budaya yang berbeda, hasil temuanya hampir semuanya mendukung pentingnya masa balita. Di mana keterlibatan orang tua dan lingkungan bagi perkembangan psikologis anak merupakan aspek yang sangat penting. Di antaranya dengan memberikan respon terhadap semua emosi anak dengan cara yang baik dan tidak berlebihan. Misalnya ketika anak memberontak, menangis dan berteriak, coba dipahami faktor penyebabnya, jangan langsung bereaksi dengan kemarahan sehingga tidak akan mencapai titik temu. Ajaklah anak mendiskusikan permasalahan yang dihadapi meskipun anak belum memahami, terangkan dengan penuh kesabaran serta kasih sayang yang tulus, di mana letak masalahnya.
Dengan mengajak dialog interaktif, meski anak belum paham, membelai anak dengan kelembutan. Semua itu akan membuat perasaan anak menjadi tenang sehingga ia terasa nyaman dan bahagia.
Pada dasarnya emosi dapat diekspresikan di saat merasa senang tentang suatu kondisi, marah pada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Emosi yang ditunjukkan akan sangat tergantung dari kemampuan individu dalam mengelola emosi. Individu siswa yang memiliki kemampuan dalam mengelola emosi dengan baik biasanya terhindar dari perasaan stress, konflik, kecemasan dan rasa putus asa. Sebaliknya individu peserta didik yang belum bisa mengelola emosi dengan baik, ia akan cenderung mengalami stres, marah yang berlebihan, mudah tersinggung, sehingga akibatnya sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Kemampuan dalam mengolah emosi menjadi kunci keberhasilan setiap remaja dalam beradaptasi dengan lingkungannya yaitu kemampuan dalam menangani setiap perasaan yang ada pada dirinya agar dapat terungkapkan secara tepat dan terkontrol agar terjadi keseimbangan pada diri mereka.
Dampak Apabila Tidak Dapat Mengatur Emosi pada Remaja
Remaja yang tidak mampu mengendalikan emosi akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi dan menyebabkan remaja menjadi nakal. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rimawanti (2004: 25) seseorang yang dapat mengendalikan emosinya maka akan lebih bertanggung jawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian, lebih menguasai diri, nilai pada tes-tes prestasi meningkat. Berikut adalah dampak pada remaja apabila tidak dapat mengatur emosi:
1. Masalah dalam bergaul
Saat marah tak terkontrol, seringkali refleks tindakan yang kasar. Dalam hubungan pertemanan, hal seperti ini tentu akan membuat orang lain malas bergaul dengan remaja tersebut.
2. Kehilangan kontrol diri
Dalam jangka panjang, kebiasaan marah-marah tanpa terkendali juga bisa memengaruhi kontrol diri. Perasaan hati mungkin terasa baik dalam beberapa waktu setelah marah, tapi setelah itu akan ada rasa menyesal.
3. Prestasi menurun
Saat marah, remaja biasanya akan merasa tidak tenang. Akibatnya, di sekolah prestasinya bisa menurun karena sulit konsentrasi dan fokus saat belajar.
4. Jadi mudah lelah
Setiap luapan kemarahan meningkat, sebagian besar energi vital kita terkuras, termasuk pada remaja yang energinya sedang banyak. Setelah berteriak dan marah-marah tak terkendali, remaja biasanya akan menjadi kelelahan. Mengurung diri di kamar pun kemudian menjadi pilihan yang dilakukan oleh remaja.
5. Cenderung menyakiti diri sendiri
Ketika marah, remaja bisa saja menyakiti diri sendiri, seperti menyeset tangannya menggunakan silet, bahkan remaja bisa melakukan bunuh diri dengan menyakiti dirinya sendiri.
Cara Mengatur Emosi
Di usia remaja emosi sangat penting dan besar pengaruhnya, untuk itu sebagai orang yang lebih dewasa bahkan orang tua harus bisa memotivasi dan mengajarkan baik buruknya serta bagaimana cara mengendalikan emosi yang benar. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatur emosi pada remaja:
1. Buang Pikiran Buruk
Disaat kita mengalami sebuah masalah, otak pasti akan berfokus untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Maka dari itu kita harus mencoba untuk melupakannya sesaat dan juga mencoba lebih rileks dan tenang.
2. Memberikan Emosi Positif
Mencari jalan keluar untuk sebuah permasalahan yang terjadi adalah salah satu cara untuk mengendalikan sebuah emosi. Kita tetap harus berpikir positif walau sedang mencari jalan keluar. Dan anggaplah permasalahan ini sebagai bentuk pembelajaran yang dapat membuat diri kamu menjadi lebih baik lagi.
3. Menenangkan Diri
Apabila emosi kamu sedang terjadi, maka kamu harus mencoba untuk berpikir tenang
agar bisa mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada. Cobalah untuk
lebih rileks dengan menahan napas lalu buang.
4. Introspeksi Diri
Jika terjadi permasalahan maka hendaknya untuk lebih introspeksi diri. Mempelajari kesalahan-kesalahan yang terjadi dan tidak akan mengulanginya kembali. Mengakui kesalahan bukanlah hal yang buruk, jadi jangan takut untuk mengakuinya apabila kamu memang melakukannya.
5. Bercerita Dengan Orang yang Kamu Percaya
Jika kamu sedang ada didalam sebuah permasalahan, kamu bisa berbicara dan menceritakan semua permasalahan yang terjadi kepada orang yang kamu percayai, seperti orang tua, saudara ataupun sahabat. Menahan emosi itu tidak baik dan apabila terus menerus dilakukan kamu bisa menjadi sakit, stress dan bisa menjadi lebih buruk.
6. Ubah Pemikiran
Cobalah ubah pemikiran kamu dengan hal yang positif yang membangun. Seperti apabila kamu berada di lingkup orang orang yang hebat dan kamu merasa diri kamu kurang, percayalah kamu juga orang hebat seperti mereka. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing masing. Dan kamu jangan merasa sedih dan harus ubah pemikiran kamu, bahwa kamu bisa dan jauh lebih hebat dibanding mereka.
Mitos dan Fakta Unik tentang Emosi dan Suasana Hati
Emosi dan suasana hati (mood) adalah hal yang abstrak sehingga sedikit sulit untuk dipahami remaja bahkan orang dewasa. Keduanya saling berkaitan erat sehingga tidak dapat dipisahkan. Namun sayang, masih banyak informasi yang keliru bertebaran mengenai kedua hal tersebut. Padahal jika informasi yang diterima keliru, remaja akan kesulitan dalam mengatur emosi dan kondisi mentalnya. Karena itu, berikut adalah beberapa informasi unik mengenai emosi dan suasana hati:
1. Fakta: makanan dapat memperbaiki mood atau suasana hati
Banyak orang di luar sana yang berpendapat bahwa makan cokelat bisa membantu memperbaiki suasana hati, dan nyatanya ini benar. Bad mood atau suasana buruk dapat dengan mudah diperbaiki melalui makanan. Tidak jarang terlihat orang-orang yang mengonsumsi makananan demi memperbaiki mood-nya yang sedang buruk. Namun, pastikan makanan yang dikonsumsi tidak berlebih dan kaya akan kandungan folat, antioksidan, probiotik, dan serat. Folat diyakini dapat merangsang produksi hormon serotonin dan dopamine sehingga seseorang jadi lebih rileks dan bahagia. Sementara itu antioksidan, probiotik, dan serat bekerja meredakan nyeri dan kram perut yang sering membuat stress. Ketiganya juga ampuh melancarkan peredaran darah ke otak agar bisa berpikir lebih jernih. Manfaat ini bisa didapatkan dari cokelat hitam (dark chocolate), bayam, kangkung, yogurt, ikan, dan juga kacang-kacangan.
2. Mitos: Orang depresi mengalami suasana hati sedih terus-menerus
Depresi merupakan salah satu penyakit yang memengaruhi emosi dan suasana hati seseorang. Perasaan sedih dan terpuruk yang terjadi terus menerus memang menjadi gejala depresi. Namun, tidak semua orang mengalami hal yang sama. Sebagian besar orang yang didiagnosis depresi kronis cenderung lebih mudah marah dan tersinggung. Ada yang merasa kesulitan tidur nyenyak dan kehilangan minat pada hal-hal yang dulu digemarinya. Ada pula orang-orang pengidap depresi yang tampak seperti orang sehat pada umumnya; mereka bisa bersekolah, bekerja, dan bersosialisasi selayaknya menikmati hidup. Ini karena depresi punya banyak “wajah”. Perwujudan gejala depresi bisa sangat bervariasi dari satu orang ke yang lainnya.
3. Fakta: Kesehatan Anda dipengaruhi emosi dan suasana hati
Bukan cuma pola makan dan rutinitas olahraga saja yang bisa menjamin kesehatan tubuh. Emosi juga berperan penting! Baik itu emosi positif maupun negatif, keduanya sangat berperan pada kualitas hidup seseorang. Contohnya, terus-menerus merasa sedih, gelisah, dan cemas pasti akan membuat hidup tidak bisa tenang, jadi sulit tidur dan berpikir jernih karena selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk. Sering berpikiran negatif tidak hanya membuat lebih gampang stres, tapi juga beresiko menimbulkan berbagai penyakit fisik. Sebaliknya, jika lebih sering bersyukur dan bahagia, hidup tentu jadi lebih menyenangkan. Emosi positif ini menjauhkan dari stres dan menurunkan resiko berbagai penyakit. Supaya hidup lebih berkualitas, remaja harus mampu mengendalikan emosi tetap positif.
4. Mitos: Mengobati bipolar disorder berarti menumpulkan kreativitas
Bipolar disorder atau gangguan bipolar adalah penyakit kejiwaan yang menyebabkan seseorang merasakan perubahan suasana ekstrem yang sangat cepat. Gangguan ini umum terjadi dikalangan masyarakat tak terkecuali para remaja. Orang dengan kondisi ini kadang merasa depresi. Namun, dapat tiba-tiba berubah menjadi seorang yang sangat aktif tanpa berpikir panjang. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang punya pemikiran kreatif rentan mengalami gangguan bipolar. Namun mengobati bipolar bukan berarti menumpulkan kreativitas, melainkan melatih pasien untuk mengendalikan diri dari perubahan suasana hati yang ekstrem. Jadi, para remaja yang mengalami bipolar disorder tidak perlu khawatir.
Sources:
Credits:
Written by: Kelompok 4 STALTA KIR
Edited by: Humas KIRSTAL
Comments